Mind & The City is my hope, my experience, my observation, my thoughts about the city i live in, the city i visit. I hope i can share any stories under that title, mind & the city.
Mind & the city is my public diary, everyone can read, and someday my child can read it too; with the older version of me.
Sampai di Kubar
November 2019 jadi pertama kali nya aku berkunjung dan tinggal sementara di Kutai Barat tepatnya di Barong. Barong-Damai jadi rute harian berangkat kerja. Kalau nggak salah akhir bulan November, selang beberapa hari setelah seleksi dan MCU, aku berangkat kesana. Waktu itu ada 2 opsi, pake bis travel atau pesawat, tapi Alhamdulillah dapat tiket pesawat, berasa skip tour kayak di GTA, lol. Sampai disana, i have no idea siapa yang jemput atau harus naik apa ke hotel tujuan yang sudah ditetapkan kantor. Akhirnya aku coba hubungin sekretaris project (padahal waktu itu dia lagi cuti) dan dia coba hubungi driver yang akan jemput.
First impression ? Kutai Barat itu sangat rapi, tertata. Bangunannya yang jarang-jarang, jadi lebih lega ngeliatnya. Beneran kayak menyederhanakan pandangan. Draw distancenya luas. Komplek pemerintahannya terdiri dari bangunan besar dan punya halaman yang luas-luas. Waktu itu aku langsung menuju ke hotel Sidodadi yang ada di kecamatan Barong Tongkok (salah satu kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di Kubar). Kantor Bupati nya sendiri terletak di kecamatan Sendawar.
Nah ini kalau dilihat dari atas :
Source: indoplaces.com
Dan ini tampak depan :
Source : indoplaces.com
Beneran manjain mata para minimalist.
Sesampainya di hotel, saya langsung di tinggal di lobby, dapat kamar dilantai 2. Kamarnya luas, ada meja dan kursi di depan jendela, lemari, TV, kamar mandi yang besar, cuma pencahayaan hotelnya aja agak kurang terang. Aku dikasih waktu 3 hari menginap disana dan harus dapat kos selama 3 hari itu.
Fun fact about it is :
- Disana banyak kos, tapi yang kosong cuma sedikit
- Harga kos yang kosong lumayan tinggi, normalnya 800-1 jutaan untuk kamar mandi dalam
- Kosnya banyak kosongan, nggak ada kasur, kipas, dll, jadi kita harus keluar duit lagi untuk tinggal
- Nggak ada ojek online (ada tapi no respon)
Aku akan ceritakan pengalamanku disana dari hari pertama sampai aku settle (dapet kos).
H-1 kerja, aku mulai hubungi orang-orang yang punya informasi kos disana. Aku kira itu akan semudah dapetin kos di Balikpapan tapi ternyata nggak. Aku download Facebook karena orang-orang sana banyak iklankan rumah/kos di FB. Banyak banget yang nawarin nemenin cari kosan but i have not much time, only 3 days. Aku mulai hubungin orang random dari IG yang satu bendera sama aku juga.
Day 1 :
Hari pertama kerja, aku harus nunggu bis dipinggir jalan jam 4:30 subuh. Gelap men. Aku takut kaget kalo tiba-tiba ada setan atau penjahat, tapi selama 4 bulan disana Alhamdulillah nggak ada sama sekali muncul yang aku pikirin. Jomplang sekali kalau tinggal di kota. I admit it. Aku dapat sarapan dari hotel, aku bawa ke kantor. Untung ada bapak yang jaga hotel, beliau yang tunjukin aku harus naik bis yang mana. Karna kodenya beda sama yang diintruksikan, aku agak ragu, tapi waktu naik aku tanya tujuannya ternyata benar. Oke, 1 hal baru yang aku tau, ternyata bis yang lewat nggak cuma 1 atau 2 karna hotel itu berada daerah tengah.
I tried to stay awake, sedangkan mereka semua tidur. Ternyata perjalanannya jauh, 1,5 jam dari hotel. Sampai di kantor, just like the other first day, pengenalan dan adapting. Dan fun fact berikutnya ? There's no signal :) Nice. Di hari pertama, kaget waktu sampai lokasi kerja sinyal hp jadi silang. How can i inform my mom ?! OMG. And guess what ? Sarapan aku yang aku taro di security hilang :') Padahal aku baru sadar, kalau disana jam kerja nya panjang dan hari pertama aku kelaparan :)
Sepulang kerja,
aku dapat temen untuk cari kos. Nah yang ini lebih sial sih. Jadi, aku nggak kenal sama sekali tapi dia juga kerja di bawah bendera yang sama cuma beda lokasi. Aku kira dia tau kos yang seperti apa yang aku mau, tapi yang dia tawarin lumayan murah 600 ribu nggak kosongan. Dan dia saranin untuk cepat ambil aja soalnya jarang kosong. Niceu. So i packed my bag and all, dia jemput dan kita motoran malem-malem, yang sepi banget. Disana itu tipe daerah yang kalau sudah lepas maghrib, sepi. Literally sepi, apalagi jam 9an. Mungkin sekitar setengah jam doang dan lewat jalan hutan :)
Well, sampai akhirnya aku sampai di Melak. Later on, aku tau Melak itu jauh banget dari lokasi aku dan cuma 1 bis yang lewat dan itu paling jauh. Sekitar jam 11 selesai beres-beres, aku gelisah. Persis di depan kos ada orang punya sarang walet, bayangin gimana berisiknya itu ?! Toiletnya diluar, kosnya campur cowok cewek. Nggak ada kipas (tapi dia bawain kipas dia buatku). Dan kosnya masuk gang, i have to walk or maybe run if i wake up late.
Then, i called my mom, i called my bestie to tell my situation. My mom mad at me, even my bestie haha, what should i do ?
It was my fault to trust stranger.
Sekitar jam setengah 12 aku hubungi dia lagi untuk antar aku kembali ke hotel, akhirnya aku packing lagi dan kami motoran balik kesana. Fiuh, beruntung mas hotel nya belum tidur dan baik banget ngadepin aku yang nggak jelas.
Day 2 :
Aku dapat libur 1 hari untuk cari dan pindah ke kos. Hari ini aku ditemenin sama kenalan dari IG. Masnya tinggal di sekitar hotel juga dan kali ini dia satu lokasi sama aku. Aku juga hubungi tante (keluarga jauh) yang kebetulan tinggal di Barong. Akhirnya siang keliling Barong untuk cari kos, sampai tanya-tanya kontrakan juga, harga nya standar mulai dari 1 juta diluar air dan listrik. Dari pemilik kontrakan kami dapat info kalau didekat sana ada homestay. Mampir lah kami kesana dan nggak ada pemiliknya. Kami hubungi dan cek kamarnya. Harga nya 1,5 juta lengkap dapat springbed single, TV, jemuran, AC, tapi kamar mandinya kecil, more like toilet. Karena takut kehabisan waktu dan udah sore juga, akhirnya aku ambil itu. Malem pindahan.
(Kenapa nggak tinggal sama tante ?
Karena rumahnya pun sudah penuh, banyak keponakan yang tinggal disana juga)
Day 3 - Week 3 = Nightmare
Cacing dimana-mana
Disini, aku harus jelasin. Ini sama sekali bukan Kubarnya yang jelek, i love kubar, i love simplicity. Tapi fasilitas yang ada di homestay nya yang aku kurang suka. Sangat tidak suka. Semuanya OK kecuali toilet. Karena ada banyak banget cacing. Mungkin setiap aku mau mandi, dari pembuangan ada 5 cacing yang keluar. Aku sampe nggak pernah buang air di toiletnya karena geli. Dan karena itu juga, aku tutup toiletnya, aku pikir nggak akan ada lagi cacing nya :') tapi mereka tetap keluar dari toilet dan lubang pembuangan. Kemana mana coy mereka jalan.
Alhasil aku mandinya nggak bener, hari-hari terakhir disana aku nggak mandi selama 3 hari karena udah nggak betah banget. Aku juga selalu sempatin BAB dikantor.
Singkat cerita, aku ditawarin kos lagi sama ibu-ibu, aku nggak peduli karena udah bayar full homestay nya untuk sebulan. Dia anterin aku cari kos dan dapat, harganya 600 ribu lengkap kipas, kasur, wc diluar. Aku akhirnya pindah di minggu ke 3 disana, dianter temen kantor yang kebetulan pulang bawa mobil.
Sampai disana, dia ngomel :) Apa lagi Ya Allah.
"Mba, kenapa pindah ke sini ? Nggak worth it banget ini. Kamar mandi diluar, nggak ada lampunya pula. Duh, sayang banget. Nggak tega aku liat mba tinggal disini."
"Nanti aku tunjukin kontrakan ada yang kosong mba. Tapi harus beli kasur sama kipas."
Aku waktu itu udah minus. Tapi untung masih bisa bayar kos harian. Haha, apes.
Yaudahlah, kegelisahan makin menjadi karena pas mau tidur orang-orang dibawah ribut banget, mulai dari jam 12 sampai jam 2an sedangkan aku harus bangun jam 4. Fix, kali ini udah nggak bisa dibiarin. Aku harus dapet tempat yang nyaman. Akhirnya 2 hari aku disana, aku bayar, dan langsung ke tempat tante selama 3 hari. Sepulang kerja, aku pinjam motor tante untuk cek kos yang aku liat di iklan FB. Alhamdulillah, cocok.
Week 4 - March 2020
Hotel Lz. Ini hotel yang bisa disewa harian dan bulanan, terjangkau banget. 900 untuk yang kipas, 1,5 juta AC. 900 ribu aku udah dapat :
- Spring bed double
- Kipas angin
- TV flat
- Kamar mandi dalam
- Lemari
- Air sepuasnya
- Tempat bersih, aman, ada penjaganya
- Lokasi di pinggir jalan, jadi enak akses nunggu bis
Itulah perjuangan mencari kos versi aku. Orang-orang bilang juga emang lumayan tricky kalo baru awal-awal kesana. Malah ada yang jalan kaki cari kosan, harus ngutang banyak karna dapet kos yang kosongan. Sayang, aku nggak mood ambil banyak foto waktu disana. Nggak tau kenapa. Nulispun nggak ada. Cuma jalanin rutinitas apa adanya kayak warga lokal. Padahal banyak banget yang bisa diabadikan lewat foto.
Oiya fun fact lainnya :
- Aku biasanya nggak tahan jalan kaki. Keliling mall di Balikpapan aja malemnya udah pegel-pegel. Tapi disana aku pernah jalan kaki dari homestay ke rumah sakit untuk dapetin surat sakit, dan nggak pegel sama sekali.
- Aku nggak pernah bersin-bersin pagi disana. Kalau di Balikpapan, tiap hari bangun pagi, kena air langsung bersin.
Next time, kalau ada kesempatan kesana lagi, aku bakalan motret banyak hal. Semoga bermanfaat, take care :)
No comments:
Post a Comment