Saya prihatin dengan berita yang terjadi dalam
satu tahun terakhir. Terutama di kota sendiri, Balikpapan. Kota yang dicap
sebagai kota aman, beriman. Kota dengan angka kriminalitas yang rendah.
Tentram. Kenapa dalam 7 tahun tinggal disini, malah semakin mengkhawatirkan.
Banjir contohnya. Belum lagi kasus pembunuhan yang amat mengerikan bagi kami
yang terbiasa merasa aman. Lalu kasus bunuh diri. Seputus asa itukah kota ini ?
Sampai sampai nggak nemuin lagi alasan untuk melanjutkan hidup. Banjir. Tadi
malam hujan deras sekali, saya liat di instagram beberapa video banjir yang
semakin bertambah titik banjirnya. Yang dulu ngga banjir, sekarang banjir.
Jujur saya takut kalo berkendara diluar tiba-tiba hujan deras lalu air
menggenang. Tahun lalu, saat saya masuk di hari pertama kerja. Seharusnya
datang rapi, bersih, kering, malah berakhir basah, baju dan celana saya kumal
karna memakai jas hujan, belum lagi macet karena banjir. Kalau perusahaan tidak
acc, bisa-bisa hari pertama saya kacau. Hidup ini bisa bergantung pada
keberuntungan. Saya bisa dibilang beruntung karna jam induksi nggak secepat
yang saya kira, jadi saya nggak telat hari itu. Tapi tetap aja, berada di
ruangan berAC, baju dan celana belum kering dapat mengancam kesehatan. Saya
tidak pernah menyalahkan hujan TAPI BANJIRNYA. Sangat mengerikan membayangkan
terbawa arus saat banjir. Banyak sekali korban jiwa akibat banjir. Entah itu
karna takut telat, jadinya menerobos banjir. Terseret arus. Yang saya tau,
tahun ini kasus kematian karna terseret arus banjir ada 4 korban jiwa. 1
remaja, 3 anak-anak. Dan 2 diantaranya baru aja terjadi di bulan ini, Desember
2018, di tempat yang sama. Yaitu parit besar dekat ex Puskib, dulu saya tinggal
didekat sana selama 6 tahun. Saya ingat banget dulu kalo kuliah pasti lewatin
parit besar itu. Ada banyak jembatan kayu yang menghubungkan gang ke trotoar.
Saya phobia lubang dan ketinggian. Dulu saya juga kuliah pake sepatu berhak
agak tinggi, setiap hari, karna jaraknya dekat. Sudah pasti kalau hujan,
arusnya deras, seperti sungai. Tidakkah terbesit di pemerintahan, untuk
mengamankan itu ? Seharusnya setelah 1 korban jiwa, cepatlah di perbaiki.
Haruskah menunggu lebih banyak lagi ? Itu bukan anak ayam! Dan untuk para orang
tua, mudah mudahan nggak sering membiarkan anak-anaknya main pas hujan deras
karna berbahaya. Parit besar didekat puskib itu bermuara ke laut, 2 kasus tadi
korbannya ditemukan di belakang Plaza Balikpapan. Bayangkan seberapa jauh
jaraknya dan seberapa kencang arusnya. Yang bisa berenang aja sudah dipastikan panik,
airnya coklat, kita nggak bisa lihat apa-apa. Apa lagi hujan. Takdir memang
sudah digariskan, tapi lebih baik kita yang memperbaiki keadaan. Setidaknya,
perbaiki lah apa yang harus diperbaiki. Tugas Anda bukan ? Memang Anda bisa
membayar kembali nyawa anak seseorang ? Come on, hidup akan lebih baik kalau
semua orang sadar akan tugasnya. Kalau jembatan itu ditiadakan atau paritnya
dipagari, apa salahnya ? Kita warga Balikpapa jujur resah. Kita mau aman dan
nyaman. Saya bangga pernah bekerja di perusahaan yang mengutamakan keselamatan.
Everyone Safe Everyday! Saya berharap dengan tulisan ini, siapa pun yang
membaca ikut berdoa dan berharap mereka mengerjakan tugasnya dan sama sama
memperbaiki keadaan. Jangan bodoh. Sekian.
No comments:
Post a Comment