ini adalah bagian dari Mind & The City; pikiran saya tentang orang-orang kota. ada banyak hal yang tidak menyenangkan dalam hidup, begitupun hal yang menyenangkan. tapi, terkadang kita harus bertindak lebih untuk menyingkirkan hal yang tidak baik. seringkali saat saya berniat untuk memperbarui entri di blog ini bukan tanpa tujuan terutama kalau itu adalah Mind & The City. itu adalah untuk melepaskan dan melupakan hal yang selalu menghantui pikiran saya. baik itu perkataan dan pernyataan dari orang lain yang tidak terdengar begitu sopan dan menyenangkan ataupun rasa trauma yang muncul karena nya.
"writing is healing" saya dapatkan saat membaca caption salah satu foto di instagram. adalah ketika seorang penulis di wawancarai oleh media. saya lupa nama penulisnya, tapi siapapun beliau, terima kasih banyak, pak.
Allah selalu berikan jalan keluar, entah itu kesempatan untuk menghadapi atau pelarian lainnya. saya yakin panggilan kerja ke luar kota November 2019 lalu bukan kebetulan tapi jalan keluar dari rusuhnya pikiran dan hati saya karena berkali kali "dijatuhkan". dalam hati niat awal saya cuma ingin berkarya, berangkat dari kesenangan/hobby saya.
ada 2 event di akhir tahun 2019 yang hasil akhirnya pelik.
- ketika saya dipertemukan dengan seorang atau circle kecil yang suportif tapi ...
- ketika saya iseng mengikuti sertifikasi musik
circle kecil yang suportif tapi ?
di awal 2019, saya dapat bantuan untuk mendistribusikan karya saya dalam bentuk CD. saya diberi waktu untuk rekaman sampai finishing EP saya tapi tidak ada batasan waktunya. i like it. thanks to Besok Libur Records. masalah pertama muncul karena 1, saya nggak mau mempercayai satu orangpun untuk mengerjakan EP saya karna saya sudah kapok. aransemennya lagu saya bisa berubah, itu rasanya bukan saya lagi jadinya.
tibalah saat dimana saya ditawari manggung di tengah tahun, saya ambil. yang satu event seru-seruan dan satu lagi event berbayar. Alhamdulillah. singkat cerita saya cari bantuan lagi dan dapat untuk rekaman gratis. dengan berat, saya coba ketemu dan sempat ke studionya juga. dari status "gratis" aja saya sudah melanggar prinsip saya. karena berangkat dari gratis, banyak hal yang harus di filter even gratis. tapi ternyata nggak. masalahnya, hal yang tidak diinginkan terjadi lagi. ada usaha dan saran untuk melakukan aransemen. merombak lagu saya ? saya disuruh cari penyanyi lain untuk nyanyikan semua lagu saya. what's wrong with you man ?! he started to compare with Raisa dan ngomongin promotion and other things, nggak salah ? tinggi amat omongan. aku mah remahan biskuit. i just want to get it all done.
kayak anak kecil ngambek karna dibelikan mainan yang bukan kemauan dia. saya alihkan fokus saya, karna saya udah males kalo harus ngulang dari awal. lagian, itu kan lagu saya. saya berhak memutuskan lanjut atau nggak. saya akui saya emang kayak anak kecil ngambek tapi nggak apa kalau karna itu saya dibilangin nggak jelas dsbnya.
haruskah orang membaca ekspresi atau respon orang lain ketika kita melontarkan kalimat/pernyataan yang tidak menyenangkan ? bagi saya, harus. kenapa sih kita harus memaksakan kehendak kita, cuma karna dikasih rekaman gratis ? mending saya bayar, tapi sesuai keinginan saya dan pastinya bukan di tempat yang sama :)
pertama, saya rugi waktu. rugi waktu mendengarkan ocehan orang yang bukan profesional. kedua, pengalihan fokus saya ternyata salah.
ikut sertifikasi musik karna penasaran
saya penasaran sama sistem sertifikasi musik yang diadakan di tenggarong akhir tahun 2019 lalu. tepat beberapa minggu setelah saya "kabur" dari tawaran rekaman gratis. sertifikasi musik jelas bukan untuk saya. saya liat banyak banget guru musik, wedding band, dan pemain musik lainnya. tapi saya pengen tau, apa dan gimana sertifikasi musik itu. sayangnya, cuma boleh pilih 1 instrumen. tapi saya pilih vokal dimana saya nggak bisa tehniknya. tes tertulis aman, tes praktek ? gagal total.
saya sudah di bidik waktu malam tes ensemble karna gara-gara saya nggak tau banyak lagu, karna nyanyi nya kerendahan dan lain sebagainya.
tes praktek solo, even worst. i am not a diva. i just want to know how you guys work this event. tes praktek solo dilakukan di ruangan tertutup tapi suaranya bocor keluar dan saya orang pertama yang di tes. nyanyi 1 bait, disuruh stop, wait.. ini bukan audisi indonesian idol kan ?
dan ini kata panitia nya, juri atau apalah. beliau adalah orang terkenal, tapi saya nggak tau. ini yang dikatakan :
"kamu bukan penyanyi"
"kenapa nggak ambil tes gitar aja ?"
"kamu harus belajar lagi, saya yang sudah tua aja masih punya guru"
persis kayak obrolan orang tua ke anak kecil. dan cuma 1 intinya, she was trying to say "you can't do it, tyas. learn it more or just stop".
Allah give me the best escape
saya nggak tau gimana caranya 2 circle tersebut berhasil menjatuhkan saya. tapi setelah itu saya dapat tawaran kerja di pameran buku Malaysia. projectnya berlangsung kurang lebih 2 minggu di Dome Balikpapan. saya jadi team leader di non fiction section. i love that job.
setelah project itu selesai, saya main di Samarinda, bintang tamunya penyanyi indie dari Canada. dan sempat main juga di Telkom Balikpapan di hari Pahlawan.
setelah itu lagi, saya diterima kembali ke perusahaan saya dulu bekerja dan berangkat ke Melak dan tinggal disana selama 4 bulan. mungkin ini yang dinamakan "habis gelap, terbitlah terang." atau "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
that's all
ini bukan cerita detailnya tapi kurang lebih seperti itulah cerita nya jatuh dan bangkit. kita nggak perlu bertinggi-tinggi omongan kalau tujuannya untuk mengecilkan orang lain. kita berhak memutuskan atas hidup kita sendiri. jangan berlama-lama berdiam diri di circle yang tidak lebih baik dari impianmu. jangan lupa, memaafkan :)
have a nice day