Friday, June 27, 2025

341. Warkop Penentu Hidup

 'Warkop penentu hidup', julukan yang kuberikan secara singkat kepada salah satu warkop di seberang stasiun kereta api. Nama warkop itu aslinya adalah Warkop Sri Rejeki 88. Berada di pertigaan jalan menuju kampung warna warni. Lalu lintasnya ramai, terkadang suara kereta api yang tiba dan berangkat, dan cicitan peluit tukang parkir lalu tentu suara knalpot kendaraan. Hari ini aku mampir lagi, karena lalapan ikannya murah. Semenjak long trip, aku jadi jarang makan ikan laut. Padahal selama ini tumbuh besar setiap hari makan ikan sungai dan saat pindah ke Balikpapan, setiap hari makan ikan laut. 

Jadi, kenapa 'warkop penentu hidup'? Warkop ini adalah tempat singgahku saat aku trip dari Surabaya ke Malang. Di awal bulan Februari lalu, setelah check out dari guesthouse di daerah Sawojajar, aku mengalami dilemma yang cukup berat. Antara mengakhiri trip ini, kembali ke Balikpapan atau melanjutkan untuk bertahan dengan pegangan yang cukup untuk 1-2 bulan kedepan. 

Dengan keadaan ramai jalan, cocok dengan isi kepalaku yang membuat pening. Cukup lama aku duduk disana. Setelah sebelumnya mencoba melakukan panggilan ke salah satu teman baikku. "Satu bulan rasanya ngga akan terlalu lama yas, ini yang kamu mau selama ini kan?"

Sungguh tidak ada hal apapun yang mengurungkan niatku. Yang kulakukan hanyalah bepergian di ujung usia 30 ku. Tepat beberapa minggu sebelum ulang tahun ke 31, aku berangkat. Banyak yang kutanggalkan sebelumnya. Pikiran-pikiran, prioritasku ku ubah, bahkan menjual gitar akustik kesayangan dan handphone impian. Wajar kalau sesampainya disini.. aku merasa 'ringan' namun 'kosong'. Tapi kalau di lihat lagi, seharusnya yang kurasakan adalah 'lega' dan 'bebas'. 

Kalau diingat-ingat lagi, yang terjadi saat itu adalah hasil dari doa dan impianku selama ini. 'Solo trip'. Hahaha ternyata melakukannya terlambat juga nggak buruk buruk amat. Pasti ada jalan yang sudah disiapkan untukku sampai di titik itu. Tapi semua berawal sejak aku mengalami Pulsatile Tinnitus. Tahun lalu aku habiskan untuk pengobatan rutin, sudah banyak yang aku coba dan aku merasa semakin naik level. Semakin tau apa yang baik dan yang mempercepat kesembuhanku. Tepat Oktober 2024 aku berhenti pengobatan medis dan melanjutkan terapi personal dan trip tahun ini adalah salah satu terapiku. 

Setelah istirahat beberapa jam di warkop itu, aku menuju ke kos yang kupilih untuk stay selama 1 bulan. Itu adalah keputusan tepat, memulai semuanya lagi. 



Saturday, June 7, 2025

340. Mix Sate Ayam dan Kambing di Night Market Pasar Besar

Night market atau pasar malam di Pasar Besar adalah salah satu tempat yang lumayan ramai dikunjungi warga. setiap harinya. Mulai dari warga lokal atau pun bule dari berbagai negara. Yah, walaupun aku nggak tau asal mereka tapi setiap melewati atau mampir ke pasar malam ini, selalu ada bule bule juga. Mostly, orang akan berkunjung untuk kuliner dan permainan anak. Bagiku, lontong kupang akan selalu jadi pengingat karena itu adalah pertama kalinya aku mencoba lontong kupang. 17 ribu untuk 1 porsi dan mantap rasanya. Lalu ada cilok bakar, lumpur kentang, jasuke, dimsum, siomay-batagor, dan banyak lainnya. 

Dan lebaran haji kemarin, setelah isya' aku sempat keliling mencari sate kambing dari mulai sepanjang jalan dekat kost, lalu berbelok ke daerah stasiun Kota Lama, Alun-alun Kota, daerah Gajah Mada dan akhirnya ketemu di pasar malam itu juga. 

Persisnya malam kemarin, cukup ramai. Sepertinya setiap hari akan ramai orang berkunjung. Kebahagiaan sederhana bagi keluarga kecil ataupun yang masih single. Bebas. Kenapa sate kambing ? Biar ada vibes lebaran idul Adha nya gitu deh. Hehe.

"Bu sate kambingnya berapa 1 porsi?"

"25 ribu mba"

"Boleh campur nggak bu ayam sama kambing, masing-masing lima?"

"Boleh mba, ditunggu sebentar nggih"

Dengan logat dan bahasa Jawa warga lokal, aku seringnya hanya mengangguk dan senyum lalu membalas dengan bahasa Indonesia. Sebenarnya aku sudah paham beberapa kata bahasa Jawa, tapi belum terbiasa. Aku sempat menelusuri pasar ini sebelum makan sate di tempat. Ini mungkin ke-4 kalinya aku mampir di pasar ini. Aku yang terbiasa jalan lurus memandang ke depan, selama tahun 2025 ini mencoba untuk sadar sekitar dan memperhatikan apa yang ada di kanan dan kiri jalan. Jadi otakku akan terlatih lagi mengingat peristiwa atau vibes sekitar. 

Setelah berkeliling dan menyaksikan sekilas anak-anak dan orang tuanya bermain, lalu juga ada pasangan bule yang penasaran dengan lapak onde-onde yang baru saja aku beli, mereka tersenyum malu dan memutuskan untuk membeli juga, lagu aku kembali ke lapak sate tadi. 

"Bu nasinya kebanyakan"

Sate 10 tusuk akan selalu sangat mengenyangkan bagiku. Karna kalau di rumah biasanya, dibagi masing-masing 5 tusuk, itu menjadi kebiasaan. Jadi, mengurangi porsi nasi adalah tips biar nggak mubazir. Makan selesai, minumnya kali ini aku bawa tumbler air putih sendiri dari kost. Ini adalah hari ke 5 aku diet kafein dan dairy, mengulang hitungan kembali, untuk melihat progress metode Liam yang kuikuti untuk pengobatan Pulsatile Tinnitusku. Bulan Mei kemarin cukup bandel karena beberapa kali beli kopi dan teh.

Aku lalu berselancar sejenak di google untuk mencari toko aksesoris terdekat dan aku menemukan Malang Caroline, grosir aksesoris yang nggak jauh dari stasiun kota lama. Setengah jam menjelang tutup aku menyempatkan diri pergi kesana, tapi sayangnya nggak menemukan yang aku cari. Lalu, aku kembali lagi menembus sejuknya malam kota ini, beruntung sweater rajut hitamku bisa sangat baik menahan angin saat berkendara.