Tuesday, January 5, 2021

Mind and The City Series - A 'Lil Hope

a 'lil hope 


"jadi, mau coba nggak ?", tanya Ayu

"i don't wanna put a hope ay, yang kemaren aja belum ada panggilan."

"yaudah, aku juga apply gimana ?",bujuk Ayu lagi

"hmm.. okay kamu yang kirim email ya."


It was November 2019. Ayu dapat broadcast chat dari teman sekampusnya. Isinya lowongan kerja, urgent. Sebelumnya, di bulan yang sama.. November 2017. Ayu juga pernah tes bareng aku untuk masuk ke perusahaan yang sama, tapi aku yang lolos. 2 tahun kemudian, kontrakku habis. Aku sempat kerja di pameran buku Malaysia, Big Bad Wolf selama 2 minggu dan dapat undangan nyanyi di event Telkom. Ternyata, penghasilan dari 2 event itu disiapkan Allah untuk pegangan aku berangkat ke site. Ya, Alhamdulillah. Hasil bujukan Ayu, aku dipanggil tes kerja dan lolos. "4 months won't be that long, right ?," meyakinkan diri sendiri.

Long story short, berangkatlah aku ke site. I won't tell where the place because it's not about my job but.. my courage to take that chance. Alasanku cuma 1, gajinya nanti untuk mamah umroh. Jadi apapun rintangan dan tantangannya, cuma 1 alasan itu yang bisa buat aku bertahan. 4 months, gajinya untuk umroh ?! Besar dong ? Yups. Untuk orang awam, yes. Tapi untuk orang yang menjalani pekerjaan tersebut, ya itu sebanding dengan resiko kerjanya.

Apa aja resikonya ? 

Ceritanya di mulai dari 20 November 2019. Aku berangkat menggunakan pesawat terbang bermuatan 42 penumpang. Di tiket pesawat yang aku dapat dari tim HR, aircraftnya ATR 42. Ini adalah penampakan pesawatnya :


Diantar mamah dan Ayu ke bandara, ini jadi penerbangan pertama ke site. Setelah naik ke pesawat, aku menaruh tas ransel berisi laptop 11 inch punya Ayu di kabin. Pesawatnya terasa lebih kecil daripada jumlah penumpangnya. Seatnya dua kanan, dua kiri. Aku duduk didekat jendela di sebelah mas-mas yang badannya lumayan besar. Aku mengutak-ngatik swing AC di atas kepala yang terasa hangat udaranya, tapi nggak ada perubahan. Sejak masuk pesawat sampai take-off, udara di dalam pesawat benar-benar panas. Mas-mas di sampingku mengusap keringatnya pakai tissue. "Kayak di sauna ya mbak", katanya. Aku lumayan ke distract karena take-offnya agak goyang. Padahal ini bukan pertama kali aku naik pesawat baling-baling. 

Di tengah penerbangan, pramugari mengabarkan kalau cuaca sedang tidak baik dan penumpang diharap tenang. Setelah itu ada beberapa kali turbulence, aku cuma bisa melihat awan-awan lewat jendela. Sampai akhirnya berubah jadi hutan lebat. Pesawatnya perlahan mulai terbang rendah diatas hutan. Lebat banget pepohonannya. Kayak, mau landing di hutan but hey! nggak gitu tyas. Setelah landing, baru sadar kalau bandara nya juga basah, ternyata emang cuacanya nggak bagus karna hujan.

Pas nunggu ambil koper, aku sempat kebingungan, what's next ? Tapi ternyata sudah ada yang jemput aku untuk ke hotel, kata sekretaris yang aku hubungi sebelumnya. Aku dikasih waktu 3 hari untuk cari tempat tinggal sendiri dan sementara tidur di hotel. Penerbangan jam 12, sampai di hotel sekitar jam 3an dan besok paginya adalah hari pertama masuk kerja. Aku sudah diberitau kalau berangkat kerja nya jam setengah 5 subuh. Jadi harus bangun sekitar jam 4 subuh. Ini aku jalanin aja gitu, yang penting coba. Bagi orang yang takut gelap dan sepi apalagi cewek, ini adalah rintangan nomor 1 yang harus dihadapi. Denger-denger sih ada hotel angker di daerah ini, but i don't know which hotel. 

To be continued...





No comments:

Post a Comment